Pages

  • Home
  • CCI PROGRAM
  • ENGLISH
  • TPL-IKM
  • KARIR

Defir (Dede Firmansah)

    • HOME
    • CCI TIMELINE 2018
    • COMMUNITY
    • _PE FEB UI MG A
    • _CCI NVCC
    • _FIM 18 KECE
    • _TPL-IKM JABAR
    • _TPL-IKM APP
    • _RÉMÉONE

    Pernah menonton acara televisi audisi pencarian bakat The Voice? Disana kita melihat dalam sistem seleksi mencari bintang ini, para juri duduk membelakangi kontestan. Mereka MURNI hanya mendengarkan KEMAMPUAN bernyanyi tanpa melihat pesertanya langsung, sampai juri memalingkan kursinya tanda yakin akan potensi kontestan untuk menjadi bintang sukses di masa depan.

    Nah, proses seperti itulah yang saya pelajari, observasi, dan alami ketika mendapatkan beasiswa penuh di Amerika Serikat—kesempatan sangat berharga untuk kuliah raih sertifikasi profesional, volunteer dan magang di perusahaan internasional. Thanks God, I’ll never stop to grateful for this life-changing experience :’) 

    Amerika Serikat, disamping terdapat banyak bintang hollywood dan memiliki presiden kontroversial yang mereka miliki saat ini, negara ini sering disebut dengan "Melting Pot"—dimana terdapat banyak imigran dari berbagai warna kulit, ras, agama, asal kebangsaan, dan keberagaman lainnya berada pada satu tempat. Bahkan di setiap perusahaan, universitas, dan tempat lainnya selalu terasa sekali keharmonian dalam perbedaan ini. 

    Hal diatas membuat saya bertanya-tanya untuk melihat kedalam, keadaan bangsa kita sendiri, Indonesia yang juga memiliki kekayaan akan kearifan lokal dan keberagaman yang luar biasa. Pernahkah kita bekerja dengan orang sunda, jawa, bugis, bali, papua, tionghoa, barat, dll kemudian dari berbagai lintas usia (bukan hanya millenial saja) di sebuah perusahaan? Jika pernah, selamat organisasi anda telah mengimplementasikan dan merasakan kebermanfaatan lingkungan multikultural di tempat kerja. Jika belum, ‘mungkin’ proses rekrutmennya masih terdapat unsur praktek diskriminasi.

    Saat kuliah disana, saya mempelajari bahwa diskriminasi merupakan sebuah sejarah panjang di Amerika mulai dari isu rasisme, seksisme, dan seterusnya. Oleh karena itu, Pemerintah AS telah membuat sebuah lembaga dan regulasi ketat untuk mewujudkan keadilan yang mereka impikan di tempat kerja untuk penduduknya yang sangat-sangat beragam itu. Lembaga ini dinamakan Equal Employment Opportunity Commission (EEOC) dan peraturannya meliputi: Title VII of CRA (Melarang diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, agama, gender, dan asal kebangsaan), Equal Pay Act of 1963, Age Discrimination in Employment Act of 1967, Pregnancy Discrimination Act of 1978, Americans with Disabilities Act of 1990, dan masih banyak lagi. Saya sangat merasakan sekali bahwa aturan-aturan diatas telah diterapkan dengan sangat baik di berbagai organisasi Amerika di semua proses rekrutmennya. 

    Job Posting: Saya tidak pernah melihat requirement sebuah pekerjaan profesional atau volunter di Amerika yang penulisan persyaratan untuk diperbolahkan mendaftarnya mengandung unsur-unsur diskriminasi yang saya sebutkan di atas. Berbeda dengan negara kita, saya masih banyak melihat persyaratan untuk malamar di sebuah organisasi Indonesia itu seperti: khusus laki-laki, usia maksimal 27 tahun, beragama islam, diutamakan putra daerah di K*r*w*ng, dan belum menikah. Wah, kalau di Amerika ini sudah mendapatkan peringatan dan sanksi besar dari EEOC, walaupun hanya menuliskan salah satunya saja.

    Resume / Curriculum Vitae: Saya pernah ditertawakan oleh teman sekelas disana karena resume saya mencantumkan pass photo, tanggal lahir, jenis kelamin, dan alamat lengkap. Saya pun dikoreksi oleh profesor saya, beliau bilang hal-hal ini tidak perlu dicantumkan agar rekruter tidak bias dalam menseleksi aplikasi kita. Para rekruter disana membuat penilaian utama hanya berdasarkan TULISAN ORIGINAL tentang apa yang telah diraih dan dikerjakan dalam pengalaman profesional, serta tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki oleh pelamar. Terkait alamat lengkap, profesor saya bilang sebaiknya hanya menuliskan kota dan provinsi saja untuk menghindari cyber crime (apabila dicari di google map langung terlihat jelas rumah kita disana) juga mengingat penduduk Amerika sangat menjunjung tinggi yang namanya privasi.

    Interview: Dalam kuliah principle of management disana, saya juga belajar tentang teknik mewawancarai calon karyawan. Ternyata terdapat aturan yang mengacu pada regulasi diskriminasi diatas juga, bahkan pertanyaan yang bersifat pribadi itu juga dilarang loh. Kita tidak diperkenankan untuk menanyakan kondisi keluarga, informasi medis, tinggi dan berat badan, dsb. Untuk contoh berbagai pertanyaannya dapat di google yaa dengan kata kunci “Sample Illegal Job Interview Questions”.

    Alangkah indahnya apabila sila ke-5 Pancasila, dasar negara Kesaturan Negara Republik Indonesia (NKRI) kita tercinta, dapat dipraktekan juga dalam proses rekrutmen dan seleksi seperti diatas. Sebenarnya sudah terdapat aturannya mengenai diskriminasi di tempat kerja ini yang mengacu pada UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UUK”), dan ada lembaganya juga seperti serikat buruh. Besar harapan artikel ini dapat membuka wawasan untuk kita semua, dan bisa saling mengingatkan terkait diskriminasi ini seperti tindakan yang masih dianggap sah saja dilakukan sebenarnya lebih baik tidak dilakukan. Mari wujudkan 'bhineka tunggal ika' dalam dunia kerja karena banyak riset yang menyatakan banyak sekali manfaat dari lingkungan multikultural di perusahaan.

    Bagaimana pendapat mu mengenai topik ini? Apakah di Indonesia sudah bebas diskriminasi untuk proses rekrutmen dan seleksinya? Apakah kamu pernah mengalami tindak ketidakadilan ini untuk mendapatkan kesempatan karir, beasiswa, atau volunteer yang kalian inginkan? Yuk, bagikan pendapat dan pengalaman mu :)

    Selamat berbahagia dan berakhir pekan dengan keluarga!


    Source: https://www.linkedin.com/pulse/proses-rekrutmen-pekerjaan-di-indonesia-dan-amerika-dede/

    – – – – – – – – – – –
    Facebook: Defir (Dede Firmansah) | Instagram: @defir.shah | Twitter @defir_shah | Youtube: Defir 'Dede Firmansah'
    Continue Reading
    "Education is a slow-moving, but powerful force" - Senator Williams J. Fulbright

    Waaah, sudah lama banget ya saya tidak update blog ini. Terakhir posting itu tepatnya satu tahun yang lalu menuliskan pengalaman alangkah indahnya momen dari Pre-Departure Orientation (PDO) angkatan saya. Blog ini sudah sangat berdebu dan banyak sekali sarang laba-labanya, hehehe. Tapi entah kenapa pas diacara PDO kemarin ketika saya di undang oleh AMINEF untuk menjadi salah satu pembicara dan fasilitator disana, banyak para penerima beasiswa CCI Program tahun ini yang mengucapkan terima kasih kepada saya.

    Kata mereka berkat blog ini, mereka sangat terbantu sekali karena ini menjadi salah satu acuan buat mereka dikala resah dan gelisah di proses seleksi beasiswa CCI Program. Saya sih senang bisa mendengarnya ternyata blog ini bisa bermanfaat untuk meraih mimpi mereka kuliah di Amerika. Saya pun terkaget-kaget saat melihat traffic blog ini sebelum menulis posting ini. Hal ini membuat saya terpukau dengan antusiasisme para pembaca untuk mencari informasi agar bisa mendapatkan beasiswa ke luar negeri itu sangat besar sekali.

    Berikut adalah 3 tulisan yang paling populer di blog ini yang rata-rata hampir mencapai 18 ribu kali dibaca untuk setiap artikel dibawah ini:
    1. Pengalaman Belajar dan Rekomendasi Buku TOEFL ITP
    2. Persiapan Sukses Seleksi Administrasi Essay Beasiswa CCI Program
    3. Bersama dengan Mereka yang Ku Kagumi, Merubah Mimpi Menjadi Realita Penuh Arti

    Pokoknya saya ikut bangga dan mengucapkan selamat berbahagia untuk 26 penerima beasiswa CCI Program yang siap segera berangkat ke Amerika! Menghadiri acara PDO mereka, membuka banyak kenangan indah melihat muka-muka penuh semangat untuk berangkat itu tuh. Juga, ada kesempatan bernostalgia berbagi pengalaman bersama para alumni lainnya bahwa betapa seru dan sangat berkesannya pengalaman disana #TimGaBisaMoveOn It's really a life changing experience!

    Defir bersama dengan CCI grantees di NVCC Alexandria
    Program beasiswa yang diseleksi oleh AMINEF dan disponsori oleh The U.S. Department of State ini, menurut saya program yang unik sekali dibandingkan dengan program yang lainnya. 10 bulan tinggal di Amerika Serikat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan professional, bahasa inggris dan kepemimpinan. Tidak heran, program ini banyak memberikan banyak sekali kenangan yang takan terlupa dan ilmu-ilmu yang sangat praktikal. Tidak hanya kuliah, tapi juga berbagai kegiatan seru pun banyak dilakukan disana. Terlebih lagi memiliki teman dari berbagai negara itu memiliki suatu kebanggan tersendiri.

    Pada dasarnya, CCI Program memiliki 5 pilar yaitu academic, volunteer, internship, cultural exchange, and leadership/action plan. Tapi untuk tulisan kali ini, saya hanya fokus memberikan gambaran jelas dan kiat sukses untuk disalah satu pilar saja, yakni dibidang akademis. Kenapa membahas topik ini, karena kemarin saat menjadi fasilitator memberikan saya inspirasi untuk menulis terkait hal ini. Rasanya, saya hanya share banyak hal-hal penting 'tips and best practice' bukan pas jadi pembicara didepan podium PDO tapi saat diskusi didalam grup kecil saat jadi fasilitator.

    Saya berharap dengan tulisan ini, bisa menjadi guidelines juga buat current gratees of CCI Program agar bisa lebih membanggakan Indonesia dengan lebih berprestasi. Tapi, tenang tulisan ini juga masih relevan dan masih berfaedah kok untuk dibaca oleh umum yang mungkin sedang atau mau kuliah di Amerika. Bisa sedikit kasih gambaran bagaimana kehidupan akademis di Amerika khususnya di Community College.


    Defir sedang menyampaikan pendapat di kelas bersama sahabat internasional dari Amerika, Brazil, Turki dan India
    Beruntungnya saya tahun lalu bisa merasakan kehidupan mahasiswa di salah satu negara yang memiliki kualitas pendidikan terbaik di dunia. Jadi untuk teman-teman yang menjadi grantees, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya kesempatan ini! Saya mengalami dan merasakan kalau sistem pendidikan di Amerika itu berbeda dengan Indonesia karena memiliki ciri seperti: profesornya itu sangat friendly dan peduli dengan kemajuan mahasiswanya, juga cara pengajarannya itu dua arah sehingga diskusi antara mahasiswa dan profesor itu sangat aktif dan hidup sekali, serta tugas-tugas dan proyek yang diberikan pun sangat menantang dan memberikan pembelajaran praktikal dan sangat berharga untuk memahami mata kuliah yang dipelajari. Menurut saya, ujiannya malah tidak membuat stress karena yang membuat stress itu adalah tugasnya. Pendidikan disana bukan hanya menenkankan pada hasil saja melainkan juga sangat menenkankan pada proses. Di tempat saya belajar, untuk ujian itu biasanya kebanyakan menggunakan tipe soal multiple choice dan short answer karena tujuannya menguji pemahaman dan bukanlah hafalan. Jadi memang kalau menurut saya, proyek yang ditugaskan oleh profesorlah yang sangat menantang daripada ujiannya :')

    Kemudian fasilitas kampus juga sangat mendukung sekali untuk mahasiswanya dapat berkembang pesat. Contohnya nih, ada failitas yang namanya ASC (Academic Success Center) yang sangat membantu kalau saya sedang mengalami kesulitan mengerjakan tugas kuliah. Setelah membuat janji pertemuan dan kemudian datang kesana, saya pasti diberikan bimbingan gratis untuk menyelesaikan tugas sesulit apapun itu. Saya juga sering sekali meminta bantuan untuk proofreading atau mengkoreksi dalam mengembangkan tulisan-tulisan bahasa inggris untuk tugas esai atau tugas ilmiah lainnya. Usaha ini untuk memeriksa agar tulisan saya terbebas dari plagiarisme dan kesalahan mendasar seperti spelling and grammar. Bahkan ditempat ini juga, kita bisa dibantu untuk mempersiapkan dan latihan presentasi untuk proyek tugas kita. Terus perpustakaannya juga sangat membantu sekali suksesnya kehidupan akadmis kita, selain bukunya lengkap dan memiliki fasilitas digital yang canggih, juga tempatnya sangat nyaman dan merupakan temapat favorit bagi saya untuk belajar dan kerja kelompok. Gunakanlah semua fasilitas ini dengan sebaik-baiknya!

    Selain itu fasilitas lainnya seperti sistem informasi pendidikannya juga menggunakan teknologi terbaik loh alias serba online. Pertama, kita diberikan email mahasiswa yang digunakan untuk berkomuniasi dengan professor, juga memiliki fitur-fitur gratis yang terintegrasi untuk bisa akses semua Microsoft Office dan diberikan pula unlimitied storage di Google Drive. Dua fitur ini sangat penting bagi mahasiswa disana karena menjadi salah satu alat untuk berkolaborasi secara digital untuk menyelesaikan tugas yang diberikan profesor. Terus jangan bermimpi dapat nilai terbaik jikalau tulisan kita itu merupakan hasil plagiarisme seperti tidak mencantumkan sumber bacaan dan kalimatnya merupakan hasil copy-paste tidak di paraphrase. Saat kita meng-upload tugas tulisan kita, maka secara otomatis akan diperiksa oleh plagiarism tool apakah hasil pekerjaan kita merupakan hasil contekan atau bukan. Jikalau terdeteksi ada plagiarisme walau hanya satu kalimat saja, itu bisa berakibat fatal dan menciderai nilai/hasil yang sangat dramatis seperti kita akan mendapatkan nilai nol (saya pernah mengalaminya karena lupa untuk mem-pharaphasing padahal hanya satu kalimat saja, hiks).

    Disana plagiarisme adalah suatu pelanggaran/kejahatan yang tidak bisa ditolerir bagi mereka. Maka tidak heran, hak kekayaan intelektual sangat dilindungi disana! Terlebih lagi setiap penjuru tempat ada jaringan wifi gratis yang sangat 'super' cepat sekali. Jadi, untuk orang Indonesia yang terbiasa download banyak film, mp3, ebook, dll yang merupakan bajakan, dimohonlah yaaa untuk tidak melakukan hal tersebut di Amerika. Hal ini akan berakibat pada jaringan wifi yang kita miliki akan diputus secara permanen jika menggunakannya apartemen atau mendapat hukuman kalau menggunakan jaringan wifi di kampus. Untuk entertainment dikala suntuk dengan kuliah, saran saya berlanggananlah Netflix, Apple Music/Spotify, Amazon Kindle, dan seterusnya. Janganlah mengunduh yang merupakan pelanggaran dari hak kekayaan intelektual ;)

    Defir bersama Profesor Judy (Sebelah Kanan) dan dengan rekan tim untuk proyek E-Commerce bersama Rachel dan Roger
    Di universitas Amerika, setiap mata kuliah atau disiplin ilmu yang diajarkan juga sangat up-to-date! Contohnya nih dua mata kuliah yang sangat saya sukai seperti Principle of E-Commerce dan Business and Professional Communication. Mata kuliah tersebut tidak menggunakan textbook atau buku pelajaran yang jadul alias keilmuannya sudah tidak relevan lagi dengan zaman now. Thanks God, keduanya hanya menggunakan artikel-artikel terbaru dan studi kasus didunia nyata mengenai setiap topik pembelajarannya. Jadi, kita lebih memahami relevansi ilmu dengan praktik yang ada di kehidupan dan dunia bisnis dilapangan.

    Perlu teman-teman tahu yaaa, kalau textbook itu sangat mahal sekali di Amerika. Jika mau membeli buku pelajaran yang baru itu harganya berkisar 100-300an US Dollar, artinya kalau kita punya 5 mata kuliah dalam satu semester dengan asumsi 1 juta rupiah per buku, maka kita harus mengeluarkan uang hampir 5 juta rupiah untuk buku saja. Tapi tenang ada solusinya kok, kita bisa menyewa buku di Amazon atau platform lainnya dengan setengah harga atau beberapa puluh persen lebih murah dari harga aslinya. Atau dengan solusi lainnya, menjadi paperless student. Kehidupan menjadi paperless student akan saya bagikan pengalamannya di posting yang berbeda yaa ;)

    Perbedaan juga terasa pada jumlah credit atau SKS (satuan kredit semester), di Amerika terdapat aturan maksimal dan minimal kredit yang harus diambil untuk setiap tipe mahasiswa. Misalnya, mahasiswa reguler rata-rata boleh mengambil 12-15 kredit per semester, dan berbeda dengan mahasiswa yang memiliki pekerjaan paruh waktu yang hanya berkisar 6-10 kredit per semester. Di Indonesia, dulu saat kuliah rata-rata saya mengambil lebih dari 20 SKS per semester. Terlihatkan perbedaannya?

    Kemudian yang saya alami selama perkuliahan disana, untuk satu mata kuliah biasanya memiliki bobot 3 SKS yang dibagi kedalam 2 hari pembelajaran setiap minggunya dengan durasi maksimal 90 menit. Jadi setiap semester mahasiswa reguler memiliki 4-5 mata kuliah saja dengan waktu yang singkat tapi sangat berkualitas setiap sesinya pembelajarannya. Profesor selalu memastikan bahwa pembelajaran dimulai dan diakhiri dengan waktu yang sangat tepat. Disana toleransi untuk telat datang ke kelas maksimal 15 menit saja, diatas itu dilarang mengikuti kelas. Disamping itu, untuk harga per SKS nya sangat mahal sekali, jika kita gagal dalam kelas maka banyak uang atau investasi pendidikan yang mereka keluarkan akan rugi tak terkira. Disini terlihat bahwa mereka sangat serius terhadap pendidikan dan lebih menekankan pada kualitas bukan kuantitas!

    Paragraf ini boleh di-skip oleh umum yaa karena dikhususkan untuk grantees CCI Program yang akan terbang ke Amerika tahun ini. Saat pertama menginjakkan kaki di Amerika, para program partisipan akan super sibuk sekali bahkan akan merasa overwhelming. Tapi nikmati saja semuanya yaa baik itu jet lag, culture shock, dan seterusnya. Yang menjadi perhatian dibulan pertama ini, para grantees harus bisa menaklukan bahasa inggris agar bisa mendapatkan sertifikasi profesional dari kampus masing-masing. Pertama, kalian akan mengalami yang namanya English Placement Test yang menentukan tingkat kemampuan bahasa inggris kalian dimana. Biasanya kelas akan dibagi dua setelah tes tersebut, dan kalian akan ditempatkan di kelas sesuai dengan hasil tes tersebut. Jangan down jika ditempatkan dikelas dengan intermediate level ESL, karena di akhir bisa saja berubah dengan dibuktikan oleh perkembangan kalian seperti mendapatkan skor terbaik dalam melakukan English Final Test. Di NOVA Community College, tesnya itu ada dua sesi yakni multiple choice yang kurang lebih seperti TOEFL. Jika lulus dan melebihi skor minimal, kalian akan lanjut ke sesi berikutnya yaitu writing test yang mana sangat penting dan menentukan kalian berada di level mana. Untuk bisa mendapatkan sertifikat kalian harus bisa mendapatkan antara ketiga level teratas. Kalau gagal di sesi multiple choice, sudah dipastikan kalian harus mengambil 5 SKS ESL Class dan tidak memungkinkan untuk memenuhi requirement sertifikat dengan mata kuliah wajib sekitar 22 SKS untuk dua semester. Belajar yang keras yaaa, good luck!

    Terakhir, saran saya untuk mahasiswa yang berkuliah di Amerika khususnya penerima beasiswa CCI Program, pikirkanlah dengan matang mengenai pilihan mata kuliah dan profesor yang akan kita pilih. Untuk melihat topik mata kuliah yang akan dipelajari lihatlah di silabus yang diberikan profesor. Ingat di Amerika, setiap mata kuliah memiliki 'rule of the game'-nya masing-masing. Sangat bervariasi sekali antara bobot presentasi nilai kehadiran, tugas-tugas, dan ujian-ujiannya. Kunci sukses untuk mendapatkan nilai terbaik adalah pahami setiap aturannya dan ramu strategi untuk menyelesaikannya sebelum perkuliahan dimulai. Juga perlu diperhatikan bahwa karakteristik setiap profesor berbeda-beda untuk cara pengajarannya sehingga belum tentu cocok untuk kita. Beruntungnya disana, kita bisa memeriksa rating dan feedback dari senior mahasiswa yang sudah mengalami belajar dengan profesor bersangkutan mengenai cara pengajarannya melalui ratemyprofessor.com atau platform lainnya. Jika kita mendapatkan professor terbaik, maka besar kemungkinan kita akan semakin tertarik dan menguasai bidang yang profesor tersebut ajarkan.

    Penutup, terima kasih sudah membaca sampai akhir dan semoga bermanfaat. Untuk CCI Program sekarang yang sedang melaksanakan tugas belajar, semoga sukses dan membanggakan Indonesia. Untuk sukses di akademis itu, kita tidak haruslah cerdas dan ber-IQ tinggi melainkan rajin dan persisten dalam belajar juga menikmati setiap proses pembelajarannya. Saya akan berusaha menyempatkan waktu untuk menulis lagi di blog ini untuk membahas CCI Pilars lainnya seperti pengalaman volunteer dan internship di Amerika, dan topik lainnya. Ditunggu saja yaa. Untuk update-nya, saya pasti umumkan di sosial media saya. Silahkan follow akun dibawah ini yaaa..

    – – – – – – – – – – –

    Facebook: Defir (Dede Firmansah) | Instagram: @defir.shah | Twitter @defir_shah | Youtube: Defir 'Dede Firmansah'
    Continue Reading

    Halo manteman pembaca, sahabat pejuang mimpi beasiswa ke luar negeri! Tidak terasa sekarang merupakan hari terberdebar-debar mendebarkan dalam hidup ku. Pada hari santay, tanggal 15 Juli 2018 ini akan menjadi petualangan udara international flight terpanjang pertama ku dengan durasi kurang lebih 23 jam 30 menit yang belum termasuk durasi dua kali transit selama 5 jam :') mohon doa yaaa semoga semua lancar sehat sentosa bahagia, aamiin. 

    Diriku sengaja begadang dan menulis artikel ini untuk adjustment waktu dengan DC, USA yang beda -11 jam dengan Indonesia (saat selesai menulis ini pukul 4am subuh WIB 15 Jul, disana pukul 3pm sore 14 Jul). Hey, hey, hey, karena bentar lagi take-off, let's get to the point! Yeaaahh, Dihari terluarbiasa ini, akhirnya saya bisa berbagi pengalaman kembali untuk bisa menambah khazanah mengenai pelatihan pra keberangkatan kuliah luar negeri khususnya di Amerika untuk beasiswa CCI Program yang sudah saya alami beserta 30 sahabat grantee perwakilan daerah Indonesia. Anyway, silahkan yaa menjulidi judul dari posting pada kali ini, hahaha.. Saya pun menulis sambil tersenyum mebuat judul tulisan blog sedemikian rupa bentuknya mengikuti trend media-media artikel zaman now ;') Jadi di artikel kali ini kita akan membahas pembelajaran yang didapatkan selama 3 hari penataran orientasi di Hotel Mercure Ancol sebelum keberangkatan ke Amerika yang sangat berfaedah itu, yuk bahas satu per satu!

    1. Memahami Hal yang Harus Disiapkan Sebelum Berangkat

    Beuh! kalau soal persiapan berangkat mah bener-bener ruar biasa perjuangan kantong-nya. Jadi saat orientasi ini kita dikasih checklist dan dijelasin mengenai barang-barang essential yang harus kita bawa ke Amerika. Karena saya urang kampung yang belum punya apa-apa untuk go international, jadi banyak barang-barang yang sebaiknya saya beli seperti *1* Koper TSA (suitcase): sebenernya ini nggak wajib siiiiihh, adaloh kakak alumni CCI Program tahun lalu cuma bawa 2 backpack dan pulang baru bawa koper banyaaak, mantap djiwa! Tapi yaa gimana yaa, alhamdulillah rezeki mah dari mana aja jadi saya bisa beli koper hardcase 24 inch dan 20 inch untuk menampung berbagai barang seperti *2* Beberapa pakaian pria yang tak banyak jumlahnya, lol. Nah kalau bahas baju/celana yang harus dibawa, yang penting kita bawa pakaian secukupnya untuk kuliah semester pertama di musim panas (jangan tebel-tebel), trus bawa juga pakaian formal untuk acara tertentu dan tak lupa pakaian adat untuk menunjukan budaya Indonesia yang ditunjukan pada peristiwa tertentu, nah kalau untuk pakaian musim dingin sih saya nggak bawa soalnya nanti dikasih allowance untuk beli jaket-jaket tebal disana. Dibagian ini juga, keluar kantong pastinya, saya beli baju adat, kaos-kaos keren seperti tulisan USA (Urang Sunda Asli), hahaha dan pakaian dalam long john untuk menghangatkan jiwa-jiwa yang sepi #recehbangetsihgue :D karena di pesawat yang katanya nanti bakal dingin. bismillah!

    Yang selanjutnya harus dibawa adalah *3* Oleh-oleh khas Indonesia atau daerah masing-masing untuk dibagikan ke teman-teman grantee CCI Program dari negara lain juga untuk para pejabat CCI Program di kampus masing-masing. Sudah jelas dooong ini beli lagi :') Para pembaca yang budiman jangan stress yaaa dengan membayangkan kok jadi penerima beasiswa gini amaaat, inilah kenyataannya guuys, tapiiiiiiii beneran sueeeerrr deh, jika kita tulus ikhlas mau berbagi, pasti akan dibalas berkali-kali lipat loooh. Bagaimana tidak, fakta yang tertulis di DS2019 (dokumen semacam keterangan status pelajar di Amerika) adalah kita dibiayai pemerintah Amerika dialokasikan sebesar $39.815 atau sebesar ±571juta rupiah jatah per awardee. Nikmat Tuhan mana yang kau dustakan wahai para penerima beasiswa CCIP? Harus banyak bersyukur guys :) Naaaah, juga tugas kita adalah lakukan yang terbaik untuk jadi duta bangsa yang membanggakan dan berprestasi #eeeaaaa Back to the point, gifts yang saya bawa adalah berupa miniatur Kujang karena saya berasal dari Jawa Barat dan saya sangat suka sekali makna dari pusaka sunda itu sendiri yang merepresentasikan "critical intelligence and power of life". Miniatur kujang ini saya beli berupa gantungan kunci, pin, dan kalung untuk mahasiswa/masyarakat di Amerika beserta plakat kujang untuk orang-orang penting di kampus tercintah.

    Lanjut catatan untuk poin *3*, tiap grantee referensi oleh-olehnya beda-beda yaaaa.. ada yang buat sendiri untuk menghemat dan emang grantee yang satu ini skillful banget tangannya, saluuuut! ada yang beli-beli online kaya akuuuuh dkk yang lain, ada yang beli offline dengan datang ke pasar setelah PDO, ada yaaang aaah sudaaahlaaah intinya banyak jalan menunjukan peduli kita pada orang sana :) Kalau barang yang dibeli lainnya adalah  *4* Logistik makanan yang kira-kira tidak ada di Amerika dan suplai obat-obatan Indonesia. Ini adalah trik jitu untuk bulan pertama menghemat dan sedikit-demi-sedikit melepaskan diri dari yang namanya makanan Indonesia juga obat-obatan di Amerika katanya perlu resep dokter so bawalah obat-obatan yang kita butuhkan selama disana. Kemudian terpenting lainnya yakni *5* banyak dokumen-dokumen penting yang nanti jikakalau teman-teman jadi awardee beasiswa akan tahu dokumen apa saja yang harus dibawa, dan terakhir ingaaat *6* Jangan bawa windows dan software bajakan dari Laptop/DVD/CD serta jangan bawa juga berupa makanan daging, tanaman hidup, atau produk segar lainnya.

    Baca blog kakak Alumni Fulbright untuk referensi : List barang untuk dibawa studi ke USA

    2. Terbayang Kondisi State / Daerah Kita Tinggal, Kondisi Kampus Masing-Masing dan Kegiatan Yang Akan Dilakukan Selama Di Amerika

    Credit Photo: mprintables.com Edited by Defir
    Pada tahun 2018, host institution yang menjadi tuan rumah untuk para grantee CCI Program terdapat 10 kampus yang tersebar di Amerika Serikat seperti gambar diatas. Baiklah saya jabarkan dengan kategori musimnya (1) Kampus yang merasakan salju yakni Bunker Hill (bhcc.edu), Northampton (northampton.edu), Northern Virginia Alexandria and Annandale Campus (nvcc.edu), DuPage (cod.edu),  dan Kirkwood (kirkwood.edu). (2) Kampus yang tidak merasakan salju yakni Valencia (valenciacollege.edu), Houston (hccs.edu),  Scottsdalle (scottsdalecc.edu), dan Mesa (mesacc.edu). Ditempatkan dimanapun nanti kamu, bersyukurlaaaaahh! Semua kampus ini baguss bangeeet ditambah dengan belajar, makan, tinggal gratis, nikmaaaaaatt! :') tinggal kita-nya bisa memanfaatkan momen sebaik-baiknya. Jika nanti ditempatkan dikampus bersalju, bulan Januari akan ada agenda tahunan yang selalu diadakan didekat Green Canyon, Arizona, program ini bernama "Pathway Success Program". Jika kamu dikampus panas nan gersang juga berkaktus, kamu bisa mengunjungi kampus-kampus teman mu yang bersalju dan traveling ke New York saat "Winter Break" pada bulan Desember, eeeiitss ada kelebihan lain loooh kalo tinggal di daerah panas yaitu biaya hidupnya tidak terlalu mahal sooooo kalian bisa menimbun dollar yang banyaaaaaak, hehehehe. Pokokeeee, we will experience as much as we can!

    Oh yaaaaa, menurut saya yang paling menarik dari program Community College Initiative (CCI) ini adalah saat nanti disana kita tidak hanya belajar dan kuliah saja, tapi untuk mencari pengalaman sebanyak mungkin di luar kampus dengan volunteer works dan internship di berbagai perusahaan, lembaga, atau komunitas di Amerika. Kegiatan volunteer di Indonesia sudah mulai populer saat ini, anak muda sekarang sudah mulai peduli dengan masyarakat disekitarnya dan di Amerika kegiatan volunteer ini katanya menjadi suatu kebutuhan bagi kehidupan mereka untuk memenuhi hasratnya membantu sesama. Budaya gotong royong kata alumni akan lebih terasa disana, aaaaahh I'm looking forward to learn more about American Culture, American People and American Dream! Kalau soal internship sudah jelas sekali ini akan sangat membantu meningkatkan keahlian dan pengalaman profesional kita untuk peningkatan karir kita setelah pulang ke Indonesia. Saya berencana saat di Amerika untuk intern di VOA (Voice of America), mengikuti MUN (Model United Nation), dan mengikuti berbagai workshop, konferensi, dan/ sertifikasi profesional.. bismillah, semoga semua yang direncanakan disana berjalan lancar dan sukseessss, aamiin yaa rabbal'alamiin.

    Terkait sistem pendidikan dan kelas di Amerika kata alumni saat PDO itu cukup jauh berbeda dengan di Indonesia. Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menikmati setiap prosesnya dan berharap bisa mencetak rekor seperti pada pendidikan terakhir saya sebelumnya. Untuk pembahasan akademik di Amerika ini, InsyaAllah yaaa diposting selanjutnya, juga saya akan membahas perbedaan U.S. community college dan politeknik atau akademi di Indonesia khususnya yang saya alami di Northern Virginia Community College. Sebelum bercerita dan memberikan insight tentang hal tersebut, saya perlu mengalaminya dulu.. hehehehe.. please, wish me luck!

    3. Momen Semasa PDO Semakin Menguatkan Ikatan Para Penerima Beasiswa CCI Program



    Credit Video: Mirzha Anas - Grantee CCI who learn Media Animation at College of DuPage 

    Hal yang paling menarik lainnya dari program CCI adalah kekeluargaan yang terbentuk diantara para grantee itu juaraaaaa banget! Mereka perwakilan berbagai daerah di Indonesia, dikumpulkan oleh AMINEF di Jakarta sebanyak empat momen indah yang takan pernah terlupa semasa hidup ini seperti: seleksi interview selama 2 malam di Whiz hotel, visa interview selama 1 malam di Ibiz Thamarin hotel, PDO selama 5 malam di Mercure Hotel Ancol dan sekarang 2 malam di Whiz Hotel lagiiii.. Hatur nuhun pisan geng 'my partners in crime' kalian sudah jadi bagian sejarah penting dalam hidup ku, beruntung bisa bertemu sama kalian para profesional muda yang kece abis, banyak belajar dari pengalaman dan curhatan kalian, juga thanks so much buat chat grup yang selalu menghiasi hari-hati ku selama 7 bulan ini dimana tak pernah sepi selalu seru, kocak, informatif, berfaedah, kerandoman asik, juga #unfaedahbutfun like julid, hedon lifestyle, dan congkak yang menghidupkan suasana, hahaha.. Keep in touch guys walau kita berada di state yang berbeda, hiasi terus grup whatsApp kita, saling mengunjungi di Amerika nanti, traveling bareng keliling United States, dan yang pasti sampai ketemu lagi saat PSP di Arizona nanti bulan Januari 2019. I just wanna say "I love you guys", I hope we will succeed and make proud our beloved Indonesia, aamiin.

    Naaaah semasa PDO ini, banyak banget kejadian-kejadian luar biasa seru dan yang paling sering terjadi itu di kamar 360, kamar bersemayam saya dan mas Herry Rudolfo grantee dari Palembang. Kamar kami seperti markas buat entertainment seperti main game hali-gali yang sangat sangat menggelitik perut, sering mengadakan acara talkshow dengan background view yang indah dibintangi oleh pasangan Arizonans: Mita Andary sang Announcer Radio yang Hits abizz dari Makassar dan Bang Juanda the funniest grantee of CCIP Indonesia dan HR di salah satu Hotel Banjarmasin, asli sangat 100x menghibur bangeeeett apalagi yang pas bintang tamunya adalah Mr.Puni #ngakaksohard :D tidak lupa juga party makan pizza yang banyak, ditraktir sang PDO's birthday boy Mirzha Annas. Terus walau acara padat merayap kegiatan dari pagi sampai sore untuk PDO ini, kita tetep aja bergadang sampai jam 2-3an, wkwkwk.. untuk persiapan cultural performance, juga pernah ada sesi curhat dong sampai cerita-cerita hal horror sampai nginep ber-6 dalam satu kamar colek Kak Elvis sang calon CEO, Mas Teguh sang tour guide lombok, Rina sang kimia dan produksi makanan analis, Anin sang mysterious girl dan journalis muda, and Mirzha sang video animator.. Aaaaahhh inget banyak momen itu, indaaaaaaahh bangeeet!! Jadi baper and make me miss u all already :')

    Kata alumni sebelumnya memang anak-anak awardee CCIP Indonesia dari tahun ke tahun paling solid dan berprestasi banget. Alhamdulillah, saya dipercaya sebagai project leader saat team building di hari terakhir sesi terakhir, dan kami ber-30 pun membuktikan bahwa bonding kami memang benar adanya kuat syekali sehingga kami berhasil menaklukan project challenge dengan sangat sukses, yeay! dan sesi team building ini merupakan sesi terfavorit bagi saya, karena kami dari yang dibagi menjadi 4 kelompok ini, kelompok Malamoi yang diketuai Kakakuh kak Saskia, kita berhasil mendapatkan Juara 1 #CongkakMode hahaha.. tapi bukan karena itu saja sih, memang beneran serruuuu banget semua games-nya syarat akan makna pembelajaran. Semoga semua pembelajar dari PDO ini menjadi bekal kita untuk terus saling menyayangi dan keluarga selamanyaaaaaa :)

    4. Siap Mempromosikan Seni dan Budaya Bangsa di Amerika


    Sebagai duta bangsa sudah sepantasnya kita bisa memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat Amerika sehingga pada acara orientasi pra-keberangkatan ini kita dilatih menampilkan pertunjukan budaya di panggung Indonesia sebelum panggung internasional sana. Saya sangat kagum pada grup "Sapu Lidi" yang mendapatkan juara pertama, you guys really deserve the winner title! Mereka mempertunjukan penampilkan yang indah dengan diawali video makna dari sapu lidi, kemudian penampilan berbagai tarian khas daerah yang kereeeeen dan kompak banget, bukan hanya itu ada Jesika Rozella yang sangat talented banget memimpin banyak sekali nyanyian lagu daerah yang di mix dengan gitar ditangannya, bukan hanya itu jesika sang project manager ini juga mendapatkan predikat pakaian adat daerah terbaik, yang sangat buat saya terkagum-kagum adalah dari kostum tersebut ternyata buatan tangannya sendiri, BIG WOW BANGET! Aaaaaaahhh, aku fans daaaah bukan hanya sama jesika saja tapi sama semua grantee CCI dimana mereka memiliki BIG WOW-nya masing-masing :) kalian luar biasa!

    Terus grup saya bagaimana performance-nya di konser bertajuk "Unity in Diversity" di momoen PDO itu? Waaaaaaaaaahh, bahagia pastinyaaaa, walau grup "Lentera" tidak mendapatkan juara pertama tapi misi kami telah berhasil, kami adalah satu-satunya grup yang bisa mengajak semua orang menari, bergoyang dan bernyanyi baik dari semua grantee, alumni, dan staff AMINEF. Asliiiii serrruuuuuuuu... Yeaaahhh! Dengan event ini kami menjadi sangat siap dan PD untuk menampilkan budaya Indonesia di Amerika ;)

    5. Sudah Sangat Siap Melaksankan Misi Transformasi Diri di Negeri Paman Sam

    Saya mewakili seluruh grantee CCI Program tahun 2018 mengucapkan "Thank you so much" untuk seluruh staff AMINEF yang telah berjuang keras dari tahapan seleksi sampai dengan kami berangkat ke Amerika. Untuk yang selalu kita tanya-tanya saat kebingungan melanda Mbak Isye, Mbak Rianti, Mbak Kiki, Mbak Sandra, Mbak Rere, Mbak Nabila dan yang kita recokin mengenai akomodasi, flight dan keuangan Mas Wahyudi, juga yg slalu upadate info yg sangat berfaedah di fb n sdh upload foto-foto kece kita  wkt PDO Mbak Mita, pokoknya seluruh staff yang tidak bisa disebutkan semuanya dan tentu saja Direktur AMINEF Mr. Alan H. Feinstein :) Terimokasih, matur nuwun sanget, teurimong gaseh beh, hatur nuhun pisan, eppanggawang, amanai, tampiaseh, makaseh. Sekarang kami sudah sudah siap menatap masa depan cerah! 

    "Coming together is a beginning, keeping together is a progress, working together is success" - Anonymous

    – – – – – – – – – – –

    Facebook: Defir Dede Firmansah | Instagram: @defir.shah | Twitter @defir_shah | Youtube: Defir 'Dede Firmansah'
    Continue Reading
    Older
    Stories

    Tentang Penulis

    Photo Profile
    Dede Firmansah Sampurasun!

    Saya Defir, seorang digital marketing manager, pernah menerima beasiswa Amerika CCI Program dan beasiswa Kemenperin TPL-IKM. Melalui blog ini ingin berbagi pengalaman tentang beasiswa, pendidikan tinggi, dan dunia profesional. Yuk budayakan membaca dan bertukar pikiran :)

    Mari Berkoneksi

    • instagram
    • Academia
    • linkedin
    • facebook
    • youtube
    • twitter

    Paling Banyak Dibaca

    • Pengalaman Belajar dan Rekomendasi Buku TOEFL ITP
    • Persiapan Sukses Seleksi Administrasi Essay Beasiswa CCIP Kuliah di Amerika
    • Bersama dengan Mereka yang Ku Kagumi, Merubah Mimpi menjadi Realita Penuh Makna
    • Mengupas Tuntas Essay Beasiswa Part 2: Penjelasan dan Contoh Essay CCIP 2018
    • Perjuangan Suka Duka Melengkapi Berkas Beasiswa CCIP

    Label

    CCI Program English Karir Motivasi TPL-IKM Traveling

    Arsip Blog

    • ▼  2020 (1)
      • ▼  Mar 2020 (1)
        • Proses Rekrutmen Pekerjaan di Indonesia dan Amerik...
    • ►  2019 (1)
      • ►  Jun 2019 (1)
    • ►  2018 (7)
      • ►  Jul 2018 (1)
      • ►  Jun 2018 (1)
      • ►  Mei 2018 (1)
      • ►  Apr 2018 (1)
      • ►  Mar 2018 (1)
      • ►  Feb 2018 (1)
      • ►  Jan 2018 (1)
    • ►  2017 (1)
      • ►  Okt 2017 (1)
    • ►  2016 (1)
      • ►  Mei 2016 (1)
    • ►  2015 (2)
      • ►  Nov 2015 (1)
      • ►  Sep 2015 (1)

    Institusi Spesial

    press

    Total Tayangan Halaman

    Created with by Defir Shah

    Back to top