"Education is a slow-moving, but powerful force" - Senator Williams J. Fulbright
Waaah, sudah lama banget ya saya tidak update blog ini. Terakhir posting itu tepatnya satu tahun yang lalu menuliskan pengalaman alangkah indahnya momen dari Pre-Departure Orientation (PDO) angkatan saya. Blog ini sudah sangat berdebu dan banyak sekali sarang laba-labanya, hehehe. Tapi entah kenapa pas diacara PDO kemarin ketika saya di undang oleh AMINEF untuk menjadi salah satu pembicara dan fasilitator disana, banyak para penerima beasiswa CCI Program tahun ini yang mengucapkan terima kasih kepada saya.
Kata mereka berkat blog ini, mereka sangat terbantu sekali karena ini menjadi salah satu acuan buat mereka dikala resah dan gelisah di proses seleksi beasiswa CCI Program. Saya sih senang bisa mendengarnya ternyata blog ini bisa bermanfaat untuk meraih mimpi mereka kuliah di Amerika. Saya pun terkaget-kaget saat melihat traffic blog ini sebelum menulis posting ini. Hal ini membuat saya terpukau dengan antusiasisme para pembaca untuk mencari informasi agar bisa mendapatkan beasiswa ke luar negeri itu sangat besar sekali.
Berikut adalah 3 tulisan yang paling populer di blog ini yang rata-rata hampir mencapai 18 ribu kali dibaca untuk setiap artikel dibawah ini:
Pokoknya saya ikut bangga dan mengucapkan selamat berbahagia untuk 26 penerima beasiswa CCI Program yang siap segera berangkat ke Amerika! Menghadiri acara PDO mereka, membuka banyak kenangan indah melihat muka-muka penuh semangat untuk berangkat itu tuh. Juga, ada kesempatan bernostalgia berbagi pengalaman bersama para alumni lainnya bahwa betapa seru dan sangat berkesannya pengalaman disana #TimGaBisaMoveOn It's really a life changing experience!
Defir bersama dengan CCI grantees di NVCC Alexandria |
Pada dasarnya, CCI Program memiliki 5 pilar yaitu academic, volunteer, internship, cultural exchange, and leadership/action plan. Tapi untuk tulisan kali ini, saya hanya fokus memberikan gambaran jelas dan kiat sukses untuk disalah satu pilar saja, yakni dibidang akademis. Kenapa membahas topik ini, karena kemarin saat menjadi fasilitator memberikan saya inspirasi untuk menulis terkait hal ini. Rasanya, saya hanya share banyak hal-hal penting 'tips and best practice' bukan pas jadi pembicara didepan podium PDO tapi saat diskusi didalam grup kecil saat jadi fasilitator.
Saya berharap dengan tulisan ini, bisa menjadi guidelines juga buat current gratees of CCI Program agar bisa lebih membanggakan Indonesia dengan lebih berprestasi. Tapi, tenang tulisan ini juga masih relevan dan masih berfaedah kok untuk dibaca oleh umum yang mungkin sedang atau mau kuliah di Amerika. Bisa sedikit kasih gambaran bagaimana kehidupan akademis di Amerika khususnya di Community College.
Defir sedang menyampaikan pendapat di kelas bersama sahabat internasional dari Amerika, Brazil, Turki dan India |
Kemudian fasilitas kampus juga sangat mendukung sekali untuk mahasiswanya dapat berkembang pesat. Contohnya nih, ada failitas yang namanya ASC (Academic Success Center) yang sangat membantu kalau saya sedang mengalami kesulitan mengerjakan tugas kuliah. Setelah membuat janji pertemuan dan kemudian datang kesana, saya pasti diberikan bimbingan gratis untuk menyelesaikan tugas sesulit apapun itu. Saya juga sering sekali meminta bantuan untuk proofreading atau mengkoreksi dalam mengembangkan tulisan-tulisan bahasa inggris untuk tugas esai atau tugas ilmiah lainnya. Usaha ini untuk memeriksa agar tulisan saya terbebas dari plagiarisme dan kesalahan mendasar seperti spelling and grammar. Bahkan ditempat ini juga, kita bisa dibantu untuk mempersiapkan dan latihan presentasi untuk proyek tugas kita. Terus perpustakaannya juga sangat membantu sekali suksesnya kehidupan akadmis kita, selain bukunya lengkap dan memiliki fasilitas digital yang canggih, juga tempatnya sangat nyaman dan merupakan temapat favorit bagi saya untuk belajar dan kerja kelompok. Gunakanlah semua fasilitas ini dengan sebaik-baiknya!
Selain itu fasilitas lainnya seperti sistem informasi pendidikannya juga menggunakan teknologi terbaik loh alias serba online. Pertama, kita diberikan email mahasiswa yang digunakan untuk berkomuniasi dengan professor, juga memiliki fitur-fitur gratis yang terintegrasi untuk bisa akses semua Microsoft Office dan diberikan pula unlimitied storage di Google Drive. Dua fitur ini sangat penting bagi mahasiswa disana karena menjadi salah satu alat untuk berkolaborasi secara digital untuk menyelesaikan tugas yang diberikan profesor. Terus jangan bermimpi dapat nilai terbaik jikalau tulisan kita itu merupakan hasil plagiarisme seperti tidak mencantumkan sumber bacaan dan kalimatnya merupakan hasil copy-paste tidak di paraphrase. Saat kita meng-upload tugas tulisan kita, maka secara otomatis akan diperiksa oleh plagiarism tool apakah hasil pekerjaan kita merupakan hasil contekan atau bukan. Jikalau terdeteksi ada plagiarisme walau hanya satu kalimat saja, itu bisa berakibat fatal dan menciderai nilai/hasil yang sangat dramatis seperti kita akan mendapatkan nilai nol (saya pernah mengalaminya karena lupa untuk mem-pharaphasing padahal hanya satu kalimat saja, hiks).
Disana plagiarisme adalah suatu pelanggaran/kejahatan yang tidak bisa ditolerir bagi mereka. Maka tidak heran, hak kekayaan intelektual sangat dilindungi disana! Terlebih lagi setiap penjuru tempat ada jaringan wifi gratis yang sangat 'super' cepat sekali. Jadi, untuk orang Indonesia yang terbiasa download banyak film, mp3, ebook, dll yang merupakan bajakan, dimohonlah yaaa untuk tidak melakukan hal tersebut di Amerika. Hal ini akan berakibat pada jaringan wifi yang kita miliki akan diputus secara permanen jika menggunakannya apartemen atau mendapat hukuman kalau menggunakan jaringan wifi di kampus. Untuk entertainment dikala suntuk dengan kuliah, saran saya berlanggananlah Netflix, Apple Music/Spotify, Amazon Kindle, dan seterusnya. Janganlah mengunduh yang merupakan pelanggaran dari hak kekayaan intelektual ;)
Defir bersama Profesor Judy (Sebelah Kanan) dan dengan rekan tim untuk proyek E-Commerce bersama Rachel dan Roger |
Perlu teman-teman tahu yaaa, kalau textbook itu sangat mahal sekali di Amerika. Jika mau membeli buku pelajaran yang baru itu harganya berkisar 100-300an US Dollar, artinya kalau kita punya 5 mata kuliah dalam satu semester dengan asumsi 1 juta rupiah per buku, maka kita harus mengeluarkan uang hampir 5 juta rupiah untuk buku saja. Tapi tenang ada solusinya kok, kita bisa menyewa buku di Amazon atau platform lainnya dengan setengah harga atau beberapa puluh persen lebih murah dari harga aslinya. Atau dengan solusi lainnya, menjadi paperless student. Kehidupan menjadi paperless student akan saya bagikan pengalamannya di posting yang berbeda yaa ;)
Perbedaan juga terasa pada jumlah credit atau SKS (satuan kredit semester), di Amerika terdapat aturan maksimal dan minimal kredit yang harus diambil untuk setiap tipe mahasiswa. Misalnya, mahasiswa reguler rata-rata boleh mengambil 12-15 kredit per semester, dan berbeda dengan mahasiswa yang memiliki pekerjaan paruh waktu yang hanya berkisar 6-10 kredit per semester. Di Indonesia, dulu saat kuliah rata-rata saya mengambil lebih dari 20 SKS per semester. Terlihatkan perbedaannya?
Kemudian yang saya alami selama perkuliahan disana, untuk satu mata kuliah biasanya memiliki bobot 3 SKS yang dibagi kedalam 2 hari pembelajaran setiap minggunya dengan durasi maksimal 90 menit. Jadi setiap semester mahasiswa reguler memiliki 4-5 mata kuliah saja dengan waktu yang singkat tapi sangat berkualitas setiap sesinya pembelajarannya. Profesor selalu memastikan bahwa pembelajaran dimulai dan diakhiri dengan waktu yang sangat tepat. Disana toleransi untuk telat datang ke kelas maksimal 15 menit saja, diatas itu dilarang mengikuti kelas. Disamping itu, untuk harga per SKS nya sangat mahal sekali, jika kita gagal dalam kelas maka banyak uang atau investasi pendidikan yang mereka keluarkan akan rugi tak terkira. Disini terlihat bahwa mereka sangat serius terhadap pendidikan dan lebih menekankan pada kualitas bukan kuantitas!
Paragraf ini boleh di-skip oleh umum yaa karena dikhususkan untuk grantees CCI Program yang akan terbang ke Amerika tahun ini. Saat pertama menginjakkan kaki di Amerika, para program partisipan akan super sibuk sekali bahkan akan merasa overwhelming. Tapi nikmati saja semuanya yaa baik itu jet lag, culture shock, dan seterusnya. Yang menjadi perhatian dibulan pertama ini, para grantees harus bisa menaklukan bahasa inggris agar bisa mendapatkan sertifikasi profesional dari kampus masing-masing. Pertama, kalian akan mengalami yang namanya English Placement Test yang menentukan tingkat kemampuan bahasa inggris kalian dimana. Biasanya kelas akan dibagi dua setelah tes tersebut, dan kalian akan ditempatkan di kelas sesuai dengan hasil tes tersebut. Jangan down jika ditempatkan dikelas dengan intermediate level ESL, karena di akhir bisa saja berubah dengan dibuktikan oleh perkembangan kalian seperti mendapatkan skor terbaik dalam melakukan English Final Test. Di NOVA Community College, tesnya itu ada dua sesi yakni multiple choice yang kurang lebih seperti TOEFL. Jika lulus dan melebihi skor minimal, kalian akan lanjut ke sesi berikutnya yaitu writing test yang mana sangat penting dan menentukan kalian berada di level mana. Untuk bisa mendapatkan sertifikat kalian harus bisa mendapatkan antara ketiga level teratas. Kalau gagal di sesi multiple choice, sudah dipastikan kalian harus mengambil 5 SKS ESL Class dan tidak memungkinkan untuk memenuhi requirement sertifikat dengan mata kuliah wajib sekitar 22 SKS untuk dua semester. Belajar yang keras yaaa, good luck!
Terakhir, saran saya untuk mahasiswa yang berkuliah di Amerika khususnya penerima beasiswa CCI Program, pikirkanlah dengan matang mengenai pilihan mata kuliah dan profesor yang akan kita pilih. Untuk melihat topik mata kuliah yang akan dipelajari lihatlah di silabus yang diberikan profesor. Ingat di Amerika, setiap mata kuliah memiliki 'rule of the game'-nya masing-masing. Sangat bervariasi sekali antara bobot presentasi nilai kehadiran, tugas-tugas, dan ujian-ujiannya. Kunci sukses untuk mendapatkan nilai terbaik adalah pahami setiap aturannya dan ramu strategi untuk menyelesaikannya sebelum perkuliahan dimulai. Juga perlu diperhatikan bahwa karakteristik setiap profesor berbeda-beda untuk cara pengajarannya sehingga belum tentu cocok untuk kita. Beruntungnya disana, kita bisa memeriksa rating dan feedback dari senior mahasiswa yang sudah mengalami belajar dengan profesor bersangkutan mengenai cara pengajarannya melalui ratemyprofessor.com atau platform lainnya. Jika kita mendapatkan professor terbaik, maka besar kemungkinan kita akan semakin tertarik dan menguasai bidang yang profesor tersebut ajarkan.
– – – – – – – – – – –
Facebook: Defir (Dede Firmansah) | Instagram: @defir.shah | Twitter @defir_shah | Youtube: Defir 'Dede Firmansah'